Makna Hari Kemerdekaan RI ke-68 dan Hari Raya Idul Fitri 1434 H/2013 M

IDUL FITRI DAN HUT RI KE 68
Hut RI dan Idul Fitri 2013
Pertengahan  bulan Agustus 2013 ini banyak media cetak dan juga elektronik memuat tulisan mengenai makna kemerdekaan dan juga pesan moral dari makna lebaran 1434H tahun ini. Yang paling terkesan bagi saya adalah pengakuan media tentang negeri ini sarang koruptor maka kita sepakat "fight against corruptor/corruption". Coba saja kita merenung bagaimana negeri Cina membuat para koruptor jera dengan aturan 'potong leher' atau di Arab Saudi dengan 'potong tangan' bagi koruptor maka tidak mungkin negeri ini juga ikut-ikutan menjadi sangar. Tetapi tertegun saya membaca ketika ada 419 orang tahanan korupsi dari 1.008 orang itu mendapat remisi umum alias 'potong tahanan' pada bulan baik (kemerdekaan & idulfitri) tahun ini.

Ada 'potong leher' di Cina, ada 'potong tangan' di Arab Saudi, dan juga ada 'potong tahanan' di Indonesia bagi para koruptor. Maka pantaslah kalau di negeri ini orang mengatakan korupsi semakin menggurita karena hanya di negeri orang gurita korupsi dipotong leher atau tangannya sehingga tidak bisa berkembang tetapi di sini gurita korupsi dipotong tahanannya sehingga dia (koruptor) semakin bebas berkeliaran.

Aneh tapi nyata, itulah kita (Indonesia).. soalnya saya bingung tapi berpura-pura mengerti seperti satu hal yang saya baca dan juga dengar, menurut survey internasional pada bulan Juni 2011 Bill & Melinda Gates Foundation dan Lexis Nexis, menyebutkan Indonesia menempati negara terkorup ke 47 dari 66 negara di dunia dan terkorup ke 12 dari 13 negara di Asia Pasifik seperti dilansir United Press International, Selasa (14/6/2011), tetapi saya harus percaya pada Bapak SBY yang menegaskan dalam pidato kenegaraan "saat ini momentum bagi Indonesia untuk membersihkan diri dari korupsi, ..pencapaian Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang terus membaik dari tahun ke tahun. ..capaian IPK Indonesia tertinggi di antara negara ASEAN lainnya".

Ataukah memang karena saya orang Indonesia maka saya harus berpura-pura.... karena saya hidup di negeri penuh paradoksal.. menyedihkan!!

Hari ke-17 di bulan Agustus tahun 1945 bukanlah tanpa sebab dijadikan Hari Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang mayoritas pejuang-pejuangnya merupakan Muslim. Kenapa di hari itu? bukan di hari lain?
17 Agustus 1945 sendiri waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan di hari Jum’at, jadi persis sama dengan hari ini. Dilihat dari angka 17, 8 dan 45 yang menyusun hari kemerdekaan, dapat dihubungkan dengan Shalat.
  • Pertama, angka 17 menunjukan bahwa dalam satu hari, jumlah rakaat shalat fardu ialah 17 rakaat.
  • Kedua, angka 8 menunjukan jumlah doa dalam Shalat. Seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Cecep Sumarna, MA dalam kajiannya di Gedung PD Muhammadiyah Kuningan beberapa bulan lalu, di setiap gerakan Shalat dengan bacaan khususnya, hanya saat duduk diantara dua sujudlah kita berdoa, selebihnya merupakan pengakuan akan Allah SWT. Do’a itu ialah Robbigfirli warhamni wajburni warfa’ni warzuqni wahdini wa’afini wa’ fu ani, semuanya berjumlah 8.
  • Ketiga, angka 45 yang jika di explode dan ditambahkan menjadi 4+5=9. 9 merupakan jumlah lubang dalam tubuh kita yang wajib kita jaga dan syukuri.
Kesimpulan, bahwa seorang Muslim yang melaksanakan Shalat Fardu tiap harinya akan selalu berdoa mengenai 8 perkara hidup dan harus selalu menjaga dan mensyukuri 9 dari sekian banyak anggota tubuh. Dan bermakna juga bahwa seorang Muslim selalu memperingati Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia setiap harinya selama dia masih mendirikan shalat.
Semoga Hari Raya Idul Fitri dan Dirgahayu kemerdekaan RI kali ini, menjadi titik tolak kebangkitan bangsa indonesia, dimulai dari hal-hal terkecil, dari diri sendiri dan dari sekarang.